Sabtu, 14 Januari 2017

Berita 2016

Penduduk Miskin di Jakarta Meningkat 15.630 Orang
Senin, 18 Juli 2016 | 22:34 WIB



 - Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta menyatakan jumlah penduduk miskin di Jakarta mengalami kenaikan 0,14 poin.

"Jumlah penduduk miskin pada bulan September 2015 mencapai 368.670 orang atau 3,61 persen dari total jumlah penduduk di DKI Jakarta, maka pada bulan Maret 2016, jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 384.300 orang atau 3,75 persen. Artinya ada peningkatan sebesar 15.630 orang atau meningkat 0,14 poin," kata Kepala Bidang Statistik Sosial BPS DKI Jakarta Sri Santo Budi Muliatinah dalam siaran pers di Jakarta, Senin (18/7/2016).

Dibandingkan pada Maret 2015 dengan jumlah penduduk miskin sebesar 398.920 orang atau sekitar 3,93 persen, maka jumlah penduduk miskin pada Maret 2016 mengalami penurunan sebesar 14.620 orang atau menurun 0,18 poin, katanya.

"Peningkatan jumlah penduduk miskin di Jakarta dikarenakan terjadinya peningkatan angka garis kemiskinan pada bulan Maret 2016," kata Sri.

Awalnya sebesar Rp 487.388 per kapita per bulan pada bulan Maret 2015, meningkat menjadi Rp 503.038 per kapita per bulan pada bulan September 2015, kemudian Garis Kemiskinan semakin meningkat pada Maret 2016 mencapai Rp 510.359 per kapita per bulan, katanya.

"Jadi, angka garis kemiskinan pada bulan Maret 2016 lebih tinggi dibandingkan angka garis kemiskinan di bulan Maret dan September 2015," kata Sri.

Kondisi ini membuat keadaan kemiskinan sepanjang September 2015-Maret 2016 naik 0,14 poin dan turun 0,18 poin sepanjang Maret 2015-Maret 2016, katanya.

"Penyebab peningkatan angka garis kemiskinan, disebabkan peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan," kata Sri.

Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan Maret 2016 mencapai 64,59 persen atau sebesar Rp329.644, sedangkan sumbangan garis kemiskinan non makanan terhadap angka garis kemiskinan sebesar 35,41 persen atau sebesar Rp180.715, katanya.

Rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan mengalami peningkatan sebesar 0,183 poin. Yakni pada bulan September 2015 sebesar 0,274 poin menjadi 0,457 pada Maret 2016. Namun berbanding terbalik bila dibandingkan Maret 2015. Yakni mengalami penurunan 0,060 poin, pada Maret 2015 sebesar 0,517 menjadi 0,457 pada Maret 2016, katanya.

"Sedangkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin meningkat sebesar 0,039 poin. Dari awalnya 0,044 menjadi 0,083 selama kurun September 2015 - Maret 2016 dan turun sebesar 0,021 poin dari 0,104 menjadi 0,083 selama kurun Maret 2015-Maret 2016," kata Sri. (Baca: Jokowi: Kita Butuh Al Quran Agar Maju, Toleran dan Lepas dari Kemiskinan)


Pendapat Saya :

Penyebab Tingginya angka kemiskinan salah satunya adalah lapangan kerja di Jakarta bisa terbilang kurang. Jumlah lapangan kerja yang tersedia di Jakarta tidak sebanding dengan jumlah penduduk. Alhasil, banyak orang yang menjadi pengangguran, tidak mendapat penghasilan karena tidak bekerja, dan akhirnya menaikkan tingkat kemiskinan di Jakarta.

Tingkat pendidikan di Jakarta masih rendah. Walaupun pemerintah sudah mengadakan program sekolah gratis dan wajib belajar 12 tahun, pasti ada sebagian masyarakat Jakarta yang tingkat pendidikannya masih saja rendah. Untuk menemukan pekerjaan yang berpenghasilan tinggi, tentu kita memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi juga. Kita memerlukan keterampilan tertentu untuk mendapatkan penghasilan tinggi. Karena rendahnya tingkat pendidikan, kemiskinan pun terjadi.

Tingkat kelahiran di Jakarta memang sudah bisa ditekan oleh pemerintah melalui program Keluarga Berencana, tapi arus urbanisasi ke Jakarta masih saja tinggi. Hasilnya pun sama saja walaupun tingkat kelahiran di Jakarta sudah ditekan; Jakarta menjadi semakin padat. Kembali pada faktor pertama, bertambahnya penduduk menyebabkan ketersediaan lapangan kerja berkurang dan muncullah kemiskinan sebagai akibatnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar