Penduduk Miskin di Jakarta Meningkat 15.630 Orang
Senin, 18 Juli 2016 | 22:34 WIB
- Badan Pusat
Statistik (BPS) DKI Jakarta menyatakan jumlah penduduk miskin di Jakarta
mengalami kenaikan 0,14 poin.
"Jumlah penduduk miskin pada bulan September 2015
mencapai 368.670 orang atau 3,61 persen dari total jumlah penduduk di DKI
Jakarta, maka pada bulan Maret 2016, jumlah penduduk miskin meningkat menjadi
384.300 orang atau 3,75 persen. Artinya ada peningkatan sebesar 15.630 orang
atau meningkat 0,14 poin," kata Kepala Bidang Statistik Sosial BPS DKI
Jakarta Sri Santo Budi Muliatinah dalam siaran pers di Jakarta, Senin
(18/7/2016).
Dibandingkan pada Maret 2015 dengan jumlah penduduk miskin
sebesar 398.920 orang atau sekitar 3,93 persen, maka jumlah penduduk miskin
pada Maret 2016 mengalami penurunan sebesar 14.620 orang atau menurun 0,18
poin, katanya.
"Peningkatan jumlah penduduk miskin di Jakarta
dikarenakan terjadinya peningkatan angka garis kemiskinan pada bulan Maret
2016," kata Sri.
Awalnya sebesar Rp 487.388 per kapita per bulan pada bulan
Maret 2015, meningkat menjadi Rp 503.038 per kapita per bulan pada bulan
September 2015, kemudian Garis Kemiskinan semakin meningkat pada Maret 2016
mencapai Rp 510.359 per kapita per bulan, katanya.
"Jadi, angka garis kemiskinan pada bulan Maret 2016
lebih tinggi dibandingkan angka garis kemiskinan di bulan Maret dan September
2015," kata Sri.
Kondisi ini membuat keadaan kemiskinan sepanjang September
2015-Maret 2016 naik 0,14 poin dan turun 0,18 poin sepanjang Maret 2015-Maret
2016, katanya.
"Penyebab peningkatan angka garis kemiskinan, disebabkan
peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan," kata Sri.
Sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan
Maret 2016 mencapai 64,59 persen atau sebesar Rp329.644, sedangkan sumbangan
garis kemiskinan non makanan terhadap angka garis kemiskinan sebesar 35,41
persen atau sebesar Rp180.715, katanya.
Rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan mengalami peningkatan sebesar 0,183 poin. Yakni pada bulan
September 2015 sebesar 0,274 poin menjadi 0,457 pada Maret 2016. Namun
berbanding terbalik bila dibandingkan Maret 2015. Yakni mengalami penurunan
0,060 poin, pada Maret 2015 sebesar 0,517 menjadi 0,457 pada Maret 2016, katanya.
"Sedangkan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin
meningkat sebesar 0,039 poin. Dari awalnya 0,044 menjadi 0,083 selama kurun
September 2015 - Maret 2016 dan turun sebesar 0,021 poin dari 0,104 menjadi
0,083 selama kurun Maret 2015-Maret 2016," kata Sri. (Baca: Jokowi: Kita
Butuh Al Quran Agar Maju, Toleran dan Lepas dari Kemiskinan)
Pendapat Saya :
Penyebab Tingginya angka kemiskinan salah satunya adalah lapangan
kerja di Jakarta bisa terbilang kurang. Jumlah lapangan kerja yang tersedia di
Jakarta tidak sebanding dengan jumlah penduduk. Alhasil, banyak orang yang
menjadi pengangguran, tidak mendapat penghasilan karena tidak bekerja, dan
akhirnya menaikkan tingkat kemiskinan di Jakarta.
Tingkat pendidikan di Jakarta masih rendah. Walaupun
pemerintah sudah mengadakan program sekolah gratis dan wajib belajar 12 tahun,
pasti ada sebagian masyarakat Jakarta yang tingkat pendidikannya masih saja
rendah. Untuk menemukan pekerjaan yang berpenghasilan tinggi, tentu kita
memerlukan tingkat pendidikan yang tinggi juga. Kita memerlukan keterampilan
tertentu untuk mendapatkan penghasilan tinggi. Karena rendahnya tingkat
pendidikan, kemiskinan pun terjadi.
Tingkat kelahiran di Jakarta memang sudah bisa ditekan oleh
pemerintah melalui program Keluarga Berencana, tapi arus urbanisasi ke Jakarta
masih saja tinggi. Hasilnya pun sama saja walaupun tingkat kelahiran di Jakarta
sudah ditekan; Jakarta menjadi semakin padat. Kembali pada faktor pertama,
bertambahnya penduduk menyebabkan ketersediaan lapangan kerja berkurang dan muncullah
kemiskinan sebagai akibatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar